Jumat, 25 Maret 2016

Krida Penanggulangan Bencana

 
SKK Krida Penanggulangan Bencana: 

a. SKK Manajemen Penanggulangan Bencana 
b. SKK Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ) 
c. SKK Pengetahuan Komunikasi Radio 
d. SKK Tata Cara Memasak

1)      Penanggulangan Bencana.

a)      Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dari seluruh tumpah darah Indonesia.
b)      Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, didukung dan prakarsa masyarakat serta pemerintah daerah.
c)      Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
d)     Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.

2)      Jenis, Sifat dan Tingkat dan Korban Bencana.
a)      Jenis Bencana.
(1)   Bencana alam fenomena atau gejala alam yang disebabkan oleh keadaan geografis, biologis, seismis, hidrogis dan meteorologist atau disebabkan suatu proses dalam lingkungan alam yang mengancam kehidupan dan perekonomian masyarakat serta menimbulkan malapetaka.
Contoh : Wabah penyakit, gempa bumi, letusan gunung berapi, gelombang laut pasang ( Tsunami ), banjir, kekeringan dan lain-lain.
(2)   Bencana ulah manusia. Peristiwa yang terjadi karena proses teknologi, interaksi manusia dengan manusia didalam masyarakat itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Contoh : Pembuangan limbah pabrik dengan sembarangan, polusi pabrik dan kendaraan bermotor, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.
b)      Sifat Bencana.
(1)   Terbatas, apabila bencana yang terjadi hanya mengakibatkan rusak dan hilangnya sebagian harta benda atau timbulnya korban jiwayang tidak banyak.
(2)   Dahsyat ( luar biasa ). Apabila bersama yang terjadi sangat menakutkan dimana mengakibatkan timbulnya korban jiwa yang sangat besar. Hilangnya harta benda serta menyebabkan kerusakan sarana prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
c)      Sekala/Tingkat Bencana.
(1)   Setempat/Lokal. Bila bencana yang terjadi disuatu Daerah Kabupaten/Kota dan dampaknya terbatas pada Masyarakat daerah setempat.
(2)   Propinsi. Bila bencana yang terjadi disuatu/beberapa daerah kabupaten/kota dalam wilayah propinsi dan dampaknya dirasakan di Wilayah Propinsi tersebut.
(3)   Nasional. Bila bencana terjadi disatu/beberapa daerah/wilayah tertentu dan dampaknya dirasakan secara Nasional.
d)     Korban Bencana.
(1)   Manusia. Korban Manusia akibat suatu bencana baikyang mengalami luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.
(2)   Harta benda, Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum lainnya.
(3)   Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum.

3)      Pentahapan Penanggulangan Bencana.
a)      Sebelum bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap-tahap :
1)      Preventif ( Pencegahan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyebarluasan tentang berbagai peraturan, perundang-undangan yang berdampak untuk mengurangi resiko bencana termasuk pembuatan peta rawan bencana.
2)      Mitigasi ( Penjinakan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya secara fisik untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti pembuatan cek dam, rehabilitasi aliran sungai, pengawasan terhadap pelaksanaan RUTR, IMB, Pemindahan penduduk kedaerah yang aman dari bencana dan pemasangan tanda-tanda larangan di daerah yang rawan bencana.
3)      Kesiapsiagaan yaitu meliputi kegiatan untuk mengadakan latihan atau gladi Pramuka dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, serta pendidikan dan pelatihan bagi personil yang tergabung dalam organisasi satlak maupun satgas PBP serta aparat pemerintah dan ormas lainnya. Kegiatan pada tahap ini amat penting karena usaha untuk menghindari bencana akan lebih efektif dan efisien dari pada rehabilitasi dan kontruksi.
b)      Saat bencana terjadi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
(1)   Peringatan dini yaitu upaya dan kegiatan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dimana untuk memberikan kesempatan kepada penduduk untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terlanda bencana alam.
(2)   Tanggap darurat, yaitu upaya dan kegiatan pengerahan unsur-unsur penanggulangan bencana guna mencari, menolong dan menyelamatkan korban bencana serta memberikan bantuan kepada para pengungsi berupa makanan dan minuman, pakaian, obat, pembuatan barak-barak darurat sebagai tempat penampungan sementara.
c)      Sesudah bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan setelah terjadi bencana :
(1)   Rehabilitasi yaitu upaya dan kegiatan untuk memfungsikan dan memberdayakan kembali berbagai sarana prasarana umum yang mengalami kerusakan akibat bencana, guna mengurangi penderitaan masyarakat yang tertimpa musibah.
(2)   Rekonstruksi yaitu upaya dan kegiatan untuk membangun kembali berbagai kerusakan yang diakibatkan oleh bencana secara lebih baik daripada keadaan sebelumnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana diwaktu yang akan datang. Kegiatan pada tahap rekontruksi harus direncanakan dengan teliti dan seksama, dengan mengikut sertakan berbagai pihak yang terkait sesuai dengan bidang masing-masing secara terintegrasi dan terpadu

Krida Pioneering

SKK Krida Pioneering
  1. SKK Tali Temali
  2. SKK Pembuatan Jembatan Improvisasi
  3. SKK Pembuatan Perkemahan
  4. SKK Bekal Air dan Listrik
1)      Simpul.
a) Simpul Hidup. Digunakan untuk menyambung tali yang sama besarnya dan cara membuatnya sebagai berikut:
(1)   Buat simpul biasa pada kedua ujung tali.
(2)   Tekuk/lipat kedua ujung simpul, sehingga ujung simpul sejajar dengan bagian tali yang panjang.
(3)   Tarik kedua tali secara berlawanan, sehingga sambungan menjadi kencang.
b)    Simpul hidup dengan sosok. Digunakan untuk menyambung tali yang sama besarnya, dengan tujuan agar sambungan tersebut mudah dilepaskan kembali dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat simpul hidup pada ujung tali.
(2)   Salah satu ujung pendeknya putar ke yang berlawanan sehingga membentuk sosok baru.
(3)   Tarik bagian tali yang panjang berlawanan arah dengan kuat-kuat, sehingga sambungan menjadi kencang.
c)   Simpul tenun/simpul anyam. Digunakan untuk menyambung tali yang besarnya tidak sama, licin atau basah dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat sosok pada ujung tali yang besar.
(2)   Melalui sosok tersebut susupkan tali kecil dan putar sehingga melilit sosok dan membentuk mata.
(3)   Tarik kedua ujung tali besar dan kedua ujung tali kecil secara berlawanan.
d)     Simpul tenun berganda/simpul anyam rangkap digunakan untuk menyambung tali yang tidak sama besarnya, dalam keadaan basah agar sambungan lebih kuat dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat sosok pada ujung tali yang besar.
(2)   Buat mata pada ujung tali yang kecil, yang dililit sosok tali besar.
(3)   Lilitkan sekali lagi tali kecil pada sosok tali besar, sehingga ujung tali kecil membentuk mata.
(4)   Tarik kedua ujung tali secara berlawanan.
e)   Simpul penarik. Digunakan untuk menambatkan benda/hewan pada patok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat simpul biasa di tengah-tengah tali.
(2)   Tarik lingkaran tengah simpul melalui sela-sela kaki simpul.
(3)   Masukkan sosok dari hasil tarikan simpul  tersebut pada patok yang telah disiapkan.
(4)   Tarik kedua ujung tali sehingga simpul menjadi kuat kencang.
f)    Simpul kelapa. Digunakan untuk menyambung tali, yang sama besar agar sambungan lebih kuat dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat mata pada salah satu ujung tali yang akan di sambung.
(2)   Buat mata satu lagi pada ujung tali yang lain, dengan jalan menyusupkan melalui sela-sela mata pada tali yang pertama secara bersilangan.
(3)   Tarik kedua ujung tali secara berlawanan.
g)      Simpul kursi. Digunakan untuk mengangkut orang sakit dan cara membuatnya sbb
(1)   Buat dua buah mata di tengah-tengah tali yang sejajar.
(2)   Geser mata dengan jalan menganyamnya.
(3)   Buat sosok yang besar dari kedua mata yang telah dianyam tersebut
(4)   Dari kedua ujung tali masing-masing buat mata yang melilit sosok yang baru dibuat.
h)   Simpul Aceh. Digunakan untuk membawa atau mengikat tawanan dan cara membuatnya sbb:
(1)   Buat dua buah mata di tengah-tengah tali yang sejajar.
(2)   Geserkan kedua mata dengan cara menganyam.
(3)   Buat sosok yang besar dari kedua mata yang dianyam, masukkan ke bahu kanan atau bahu kiri tawanan.
(4)   Tarik kedua ujung tali sehingga simpul mengikat dengan ketat pada bahu tawanan.
i)    Simpul mati. Digunakan untuk mengakhiri suatu ikatan dan cara membuatnya sebagai berikut
(1)   Buat simpul pada tali.
(2)   Dengan kedua kaki simpul buat simpul baru.
(3)   Tarik kedua kaki simpul sehingga simpul kuat.
j)   Simpul mata dengan sosok. Digunakan untuk memperkuat ikatan dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat sosok pada ujung tali.
(2)   Buat mata pada ujung tali yang pendek.
(3)   Belitkan kaki mata pada bagian tali yang panjang dan susupkan ke mata lagi.
(4)   Belitkan sekali lagi kaki mata pada kaki sosok dan susupkan ke mata lagi.
(5)   Tarik bagian tali yang panjang dan tahan pada sosok sehingga simpul menjadi kuat.
2)      Bentuk Jerat.
a)   Jerat rangkap, digunakan untuk membuat tangga dari tali, mencabut patok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat mata yang sedang di tengah tali.
(2)   Putarkan mata sehingga berhimpit dan kedudukan kedua ujung tali di antara kedua mata.
(3)   Masukkan kedua mata pada balok.
(4)   Tarik kedua ujung tali secara berlawanan.
b)    Jerat tukang kayu, digunakan untuk ikat permulaan pada balok dan cara membuatnya sbb
(1)   Buat mata pada ujung tali yang melingkar balok, lipat ujung tali pendek melingkar pada tali panjang. Lilitkan ujung tali tersebut pada mata secara berulang-ulang.
(2)   Tarik ujung yang panjang sehingga jerat dengan kuat mengikat pada balok.
c)    Jerat memperpendek tali, digunakan untuk memperpendek tali yang terlalu panjang dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat dua buah sosok secara berurutan di tengah-tengan tali.
(2)   Dari masing-masing ujung tali, buat mata yang membelit pada sosok yang telah dibuat tersebut.
(3)   Tarik kedua ujung tali sehingga kencang.
d)    Jerat rangkap berganda, digunakan untuk mengikatkan tali pada balok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat dua belitan pada balok.
(2)   Buat belitan sekali lagi pendek di sisi tali yang panjang.
(3)   Tarik ujung tali yang pendek dan ujung tali yang panjang.
e)   Jerat mata kait, digunakan untuk mengangkat benda dengan bantuan katrol dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat mata pada tali.
(2)   Masukkan mata tersebut pada pengait katrol.
(3)   Tarik katrol, sehingga jerat menjadi kencang.
f)       Jerat tiang rangkap,digunakan untuk menambatkan perahu atau hewan pada pohon atau patok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat mata pada ujung tali.
(2)   Buat dua buah sosok pada ujung tali pendek dan selipkan ke dalam mata.
(3)   Belitkan ujung sosok pada bagian tali yang panjang dan ujungnya selipkan pada mata lagi.
(4)   Tarik tali panjang dan ujung tali pendek secara berlawanan.
g)   Jerat tangga, digunakan untuk membuat tangga dari tali dan cara membuatnya sebagai berikut
(1)   Buat mata pada ujung tali.
(2)   Belitkan ujung tali panjang pada ujung tali pendek, sehingga berlawanan.
(3)   Selipkan tongkat pada mata dan tali panjang.
(4)   Tarik ujung tali pendek dan tali panjang berlawanan.
h)  Jerat sauh, digunakan untuk mengikat cincin besi/ cincin kait dan cara membuatnya sbb:
(1)   Belitkan ujung tali dua kali pada cincin/balok atau sauh, buat mata pada ujung tali pendek dengan membelitkan pada tali panjang dan susupkan/selipkan pada sela-sela belitan tali dengan cincin.
(2)   Belitkan ujung tali pendek pada tali panjang beberapa kali dan ujung terakhirnya ikat menjadi satu dengan bagian tali yang panjang.
i)    Jerat setengah, digunakan untuk mengikat tali pada pohon dan cara membuatnya sbb
(1)   Belitkan tali pada balok/pohon.
(2)   Belitkan ujung tali pendek pada bagian tali panjang secara berulang-ulang.
(3)   Rapatkan ujung tali pendek dengan tali panjang dan ikat dengan ikat belit.
j)   Jerat sosok berganda, digunakan untuk mengaitkan katrol dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat sosok yang besar pada ujung tali.
(2)   Buat dua buah sosok lagi dengan menarik dua kali sosok pertama secara berlawanan.
(3)   Puntir sosok dari tali panjang sehingga membentuk mata.
(4)   Rapatkan sosok dari tali pendek, puntir dan tekuk/lipat masukkan ke dalam mata tali yang panjang.
k)  Jerat penuh dan setengah, digunakan untuk mengikat tali pada pohon atau patok/cincin dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Belitkan ujung tali dua kali pada pohon/patok cincin.
(2)   Belitkan kembali ujung tali yang pendek pada bagian tali yang panjang dengan bentuk mata beberapa kali.
(3)   Ikat ujung tali pendek dengan tali panjang.
l)    Jerat mata rangkap dengan sosok, digunakan untuk mengaitkan tali pada katrol dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Lipat/tekuk tali menjadi dua bagian.
(2)   Buat mata dan sosok pada tali yang ditekuk/ dilipat.
(3)   Masukkan sosok kedalam mata dan tekuk keluar.
(4)   Masukkan kaki sosok dan tali panjang ke sela-sela sosok yang ditekuk.
(5)   Tarik tali panjang sehingga jerat menjadi kuat.
m) Jerat angka delapan dengan sosok, digunakan untuk mengaitkan tali pada patok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1)   Buat mata pada ujung tali dan masukkan ke dalam patok.
(2)   Tekuk ujung tali yang pendek dan buat angka 8.
(3)   Selipkan sisi ujung tali yang pendek ke dalam mata dan angka delapan.
n)  Jerat laso, digunakan untuk mengikatkan tali pada patok dan cara membuatnya sebagai berikut
(1)   Buat sosok pada ujung tali yang membelit patok.
(2)   Buat simpul biasa pada ujung tali yang pendek pada sosok yang membelit tali panjang.
(3)   Tarik tali panjang dan tahan pendek.

krida mounteneering

Krida Mountaineering 

SKK KRIDA MOUNTENEERING 
a. SKK Panjat Tebing 
b. SKK Turun Tebing 
c. SKK Travesing

Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut :



1. Hill Walking/Hiking
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, saling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat!.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.


2. Wall Climbing
Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.

3. Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.


4. Ice and Snow Climbing
Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.


ALAT CLIMBING

1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
1. Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
2. Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
1. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
2. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)

3. Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
1. sebagai penghubung
2. membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
3. Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
4. Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
1. Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
2. Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
1. Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
2. Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
1. Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
2. Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.